28 Juni, 2008

EKARISTI PERINGATAN PELINDUNG TAREKAT

Bersama keluarga besar para guru dan karyawan beserta keluarga, tgl 24 Juni di Bruderan diadakan misa peringatan pelindung tarekat. Hari Raya ini sebenarnya jatug pada 21 Juni namun karena bersamaan dengan acara kegiatan sekolah maka baru terlaksana tanggal itu. Misa dipimpin oleh Rm. Agustinus Sugiyanto, CM.
Misa dimulai jam 17.30 dan selesai tepat jam 19.00. Setelah misa diadakan makan malam bersama di teras bruderan.
Br. Alek selaku Pimpinan komunitas madiun memberikan sambutan dalam acara tesebut dengan penekanan pada semangat kerja Santo Aloisius Gonzaga, SJ. Lambang kemurnian jiwa, diusia yang masih belia sudah mengikrarkan kaul untuk hidup miskin, murni, dan taat. Taat pada panggilan hidupnya sebagai pelayan bagi sesama, dan benar bahwa pelayanannya mengantar kekudusan pada hidupnya. Teladan hidup melayani sesama, sama seperti para guru yang dengan tulus melayani daam bidang pendidikan.
Selain intensi peringatan pelindung misa ini juga bersyukur karena lembaga Santo Yusuf telah meluluskan 100% anak didiknya dalam UAN tahun ini.
Terima kasih untuk para guru, para karyawan dan para donatur, pemerintah dan masyarakat.

21 Juni, 2008

Berita : lulus 100%

Hasil UAN tahun 2007/2008
SMP SANTO YUSUF "soyus"

Tanggal 21 Juni 2008
adalah pengumuman hasil UAN dan hasil kelulusan siswa SMP Santo Yusuf adalah 100% LULUS. Hal ini sangat menggembirakan, Dibawah pimpinan kepala sekolah Bpk. Drs. PAULUS SM dan berkat kerja sama para guru dalam mendidik para siswa, kepercayaan masyarakat dan terlebih berkat Tuhan SMP yang tahun ini menjadi salah satu nominasi Sekolah Standart Nasional di kota MADIUN. Patut disykuri hasil yang sangat baik ini.
Data sekolah di Kota MADIUN hasil UAN ini SANTO YUSUF no 5 setelah 4 sekolah negeri yakni : SMP 1, 2,3,8 dan SMPK SANTO YUSUF
Untuk sekolah swasta menduduki peringkat 1
Yayasan penyelenggara mengucapkan terima kasih kepada semua yang terkait : kepala sekolah, para guru, karyawan dan masyarakat yang telah membawa keberhasilan ini.

19 Juni, 2008

Pendaftaran Murid Baru

MENERIMA PENDAFTARAN MURID BARU
Tahun ajaran 2008 / 2009
SMPK SANTO YUSUF
Jl. Diponegoro 80 Madiun 63122 Telp 454239 http://soyusmdn.blogspot.com
NOMINASI SEKOLAH STANDART NASIONAL (SSN)

Pendaftaran Gelombang 1 : 1 Mei - 15 Juni
wawancara 15 Juni 2008

Pendaftaran Gelombang 2 : 16 Juni - 15 Juli
wawancara 15 Juli 2008

Program baru :
Membuka kelas unggulan dengan :
  1. Ruang kelas AC
  2. Media pembelajaran berbasis teknologi informatika
  3. Sarana pembelajaran multimedia

Ekstra :

  1. BASKET, VOLLI, SEPAK BOLA
  2. CHEER LEADERS
  3. DRAMA
  4. RENANG
  5. KULINTANG
  6. VOKAL GROUP, BAND

Menarik dari yang lain : HOME STAY KE JEPANG

AYO BURUAN TEMPAT TERBATAS-------------------MAJU BERSAMA MENGUKIR PRESTASI

SDK SANTO YUSUF, Jl. Diponesoro 80 MADIUN 63122 Telp 465706

TKK SANTO YUSUF , Jl. Diponegoro 80 MADIUN 63122 Telp 465705

Menerima pendaftaran mulai 1 Mei 2008

08 Juni, 2008

Karya para bruder

YAYASAN MARDIWIJANA bersama
Para Bruder CSA Madiun menangani karya :
  1. Play Group Santo Yusuf
  2. TKK Santo Yusuf
  3. SDK Santo Yusuf
  4. SMPK Santo Yusuf

Sekolah Itu ada di Jl. Diponegoro 80 MADIUN

  1. Asrama Putra Santo Aloisius
  2. Panti Asuhan Santo Aloisius

Ada di Jl. A. Yani 6 madiun

06 Juni, 2008

Artikel 1

Kemandirian :

Kemenangan pendiri dan kesiapsediaan diri

oleh : Br. Suryadi

Kemenangan pendiri ?

Dalam suatu peperangan baik fiksi maupun nonfiksi, untuk meraih suatu kemenangan modal yang diperlukan adalah keberanian untuk berjuang dan berusaha. Sedangkan keberanian menuntut suatu sikap yang siap sedia. Kalau mau belajar dari cerita pewayangan : ketika kelompok Pandawa menang melawan kelompok Kurawa dapat dimengerti bahwa salah satu unsur kemenangan itu akibat keberanian dan kesiapsediaan Werkudara, Puntadewa, Nakula, Sadewa dan Harjuna. Mereka bersatu membangun kekuatan untuk meraih suatu kemenangan. Memang dalam dunia sekarang ini sulit menemukan pribadi seperti mereka yakni yang berani mengatakan : “ Biarlah aku saja yang maju ! Jangan kamu, aku saja ! (jawa : Wis, tak aku wae sing maju ojo kowe ) atau bentuk kesiapsediaan yang lain. Maka tekad mendukung suatu keberanian, dan keberanian mendukung suatu kemenangan, lalu pada akhirnya kemenangan adalah langkah awal kemandirian. Kemandirian memang menuntut sikap berani. Komunitas–komunitas suster barangkali lebih membuka peluang berkaitan dengan langkah pemberani, misalnya menanam lombok, kacang, buncis dari pekarangan komunitas yang barangkali hanya bebarapa jengkal luasnya namun berani meng-uangkan hasil itu sehingga nampak ada nilainya. Penulis akan memberi pembanding dari komunitas trapis, Rawaseneng. Anggota mereka pada umumnya adalah angkatan muda, bahkan jumlahnya dapat di sejajarkan dengan para bruder CSA. Praksis hidup harian mereka pun adalah bekerja demi kebutuhan hidup bahkan ditambah mencukupi kebutuhan pegawai yang tidak sedikit jumlahnya. Secara garis besar mereka bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup. mulai dari bertani, beternak, tukang kayu hingga industri rumah (membuat aneka jenis makanan kue). Maka tidak heran jika diantara mereka ada yang sekali waktu harus pergi keluar kota demi kebutuhan komunitas. Tantangan hidup barangkali lebih berat karena setiap saat melulu bertemu dengan orang yang sama. Lalu apa yang menjadi modal mereka menjalankan karya kerasulan ? Sumber penyemangat yang mereka hidupi adalah tekad, daya juang, keberanian, serta melanjutkan apa yang diwariskan para pendahulu.

Jaman dan peradaban memang semakin maju, sarana dan teknologi pun berkembang pesat namun semangat dan daya juang sebenarnya dapat meneladan apa yang dimiliki oleh para pendiri. Sarana yang dipakai oleh P. W. Hellemons dan Vader Vincentius jelas jauh ketinggalan dibanding dengan sarana yang kini tersedia, alat komunikasi, transportasi, serta perabotan. Namun dengan keberanian dan tekad yang teguh persoalan-persoalan dapat diatasi, maka kesiapsediaan menjadi awal suatu kemenangan. Pendiri telah menang mengatasi rintangan-rintangan sebagai variasi perkembangan kongregasi yakni jatuh bangun namun kembali bangkit hingga mencapai puncaknya. Dan pendiri telah meletakkan dasar-dasar karya yang senantiasa menggema dalam peziarahan hidup berkomunitas.

Kesiapsediaan diri ?

(Reflektif, retret pribadi)

Ketika saya memutuskan menanggapi sapaan Tuhan secara khusus perasaan saya ibarat orang yang sembuh dari sakit, biarlah Dia yang selanjutnya menuntun langkah hidupku dan saya percaya bahwa Tuhan akan memakai saya sebagai alat-Nya. Alat yang akan senantiasa ditopang oleh kekuatan Roh. Pribadi-pribadi yang ada dan akan dijumpai sadar pasti akan majemuk. Mereka tetaplah pribadi biasa yang sama-sama siap sedia menghayati panggilan dari keberbedaan baik fisik, asal-usul, adat, kebiasaan. Apa yang ada bukan penghalang namun justru sarana yang menjadi pengikat demi identitas diri sebagai biarawan bruder (saudara bagi yang lain). Pengalaman iman dan pengalaman hidup harian menjadi cakrawala pembuka langkah menuju kesiapsediaan menjawabi panggilan melalui karya perutusan yang diemban. Suatu realita kadang menuntut pemaknaan lebih dari yang muncul dalam rasa. Pada saat Tuhan dekat atau saat mengalami desolasi idealnya mengingat bahwa mencintai panggilan adalah proses yang tak akan berkesudahan kecuali oleh yang illahi. Semua kejadian pantas dan wajib disyukuri.

Dalam karya perutusan senantiasa dihadapkan pada realitas jaman yang jauh dari suatu harapan. Di situlah suatu ujian iman apakah sadar dan tahu konskuensi memilih yang bebas atau terikat oleh cambuk belenggu yang dirasa mengenakkan di antara saudara secita-cita. Proses menerima memerlukan kesiapsediaan, memafkan lebih mudah dari pada melupakan adalah kesadaran akan pentingnya memahami spiritualitas panggilan, saya sadar dan tahu serta mau. Menerima, memahami, melengkapi, membantu dan mendukung masuk dalam unsure bersaudara.

Allah sendiri telah rela hadir dalam diri setiap pribadi dalam bentuk pengalaman-pengalaman iman, Dia telah lebih dulu berkehendak (berinisiatip) memenggil maka tiada ungkapan lain selain kesetiaan menjawabi undangan Tuhan dengan penuh syukur. Dengan menjalani karya perutusan artinya terbuka peluang untuk memahami kehendak Tuhan, namun kita juga ditantang untuk menjadi pelaksana sabda yang handal, bekualitas, dan profesiaonal. Allah juga telah memberikan anugerah cuma-cuma berupa kemampuan untuk dikembangkan demi kemuliaan Allah, maka kitapun diajak untuk senantiasa melibatkan peranan Roh Allah dalam karya-karya hidup baik di komunitas maupun diladang karya. Dengan menjalin komunikasi dengan Tuhan lewat sesama yakin bahwa Tuhan menyertai langkah hidup kita. Untuk lebih menjembatani antara pribadi dengan Tuhan dapat mulai dibangun melalui simbol diri bahwa muncul pengharapan menjadi sarana tercurahnya rahmat Allah pada sesama ibarat tempayan yang dapat diisi kurnia rahmat dari Allah sendiri. Sadar bahwa tempayan adalah benda yang rapuh namun mempunyai nilai dan keunikan, indah serta bermanfaat. Keyakinan akan kerapuhan diri dapat disimbolkan, suatu ketika benda itu bisa retak oleh karena suatu sebab, memang dapat di poles dengan tambalan namun tetap akan mengurangi keindahan meskipun fungsi dan isinya tidak berbeda. Menjaga keindahan itulah tugas dan harapan saya agar benda itu tetap dapat menyalurkan kasih dan karunia terhadap lingkungan sekitar. Memberi curahan air yang meluap bukan karena bocor atau mrembes.

Belajar dari bagimana Allah hadir memberi roh pada pola hidup bruder pendahulu dimana dari kesederhanaan, muncul semangat dan usaha mengembangkan pola hidup Yesus sendiri yakni berbagi terhadap mereka yang lemah, miskin dan tersingkir maka hidup inipun seyogyanya diarahkan demi tujuan, cita dan cinta yang sama. Mempersembahkan hidup adalah wujud dari kesiapsediaan karena keyakinan bahwa Allah memilih bukan dari mereka yang luar biasa namun Tuhan memilih mereka yang siapsedia. ***

(tulisan ini pernah dimuat di majalah Hidup Kita, edisi :Kemandirian)